Lompat ke isi

Rincian seduktif

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Rincian seduktif adalah rincian yang digunakan untuk membuat proses pembelajaran menjadi lebih menarik atau interaktif dan sering digunakan dalam buku teks, kuliah, tayangan salindia, serta bentuk konten pendidikan lainnya. Rincian seduktif dapat berbentuk teks, animasi, foto, ilustrasi, suara atau musik dan diengan syarat bahwa rincian tersebut bersifat menarik serta tidak mengarah pada tujuan pembelajaran itu sendiri.[1] John Dewey pada tahun 1913, pertama kali menyebut rincian seduktif sebagai "bujukan fiktif untuk menarik atensi."[2] Teks bergambar dalam proses pembelajaran biasanya dapat meningkatkan pemahaman, tetapi ilustrasi yang tidak relevan dapat menyebabkan hasil belajar yang buruk.[3] Sejak akhir 1980-an, banyak penelitian di bidang psikologi pendidikan telah menunjukkan bahwa penambahan rincian seduktif menghasilkan retensi informasi dan transfer pembelajaran yang sangat buruk.[4] Thalheimer melakukan meta-analisis dan menemukan secara keseluruhan dari dampak negatif ketika bahan-bahan seperti teks, foto atau ilustrasi, dan suara atau musik sebagai rincian seduktif terkandung dalam suatu konten pembelajaran.[5] Baru-baru ini, ditemukan efek serupa untuk animasi dekoratif yang dijelaskan dalam makalah tahun 2020.[6] Pengurangan efektivitas pembelajaran ini sering disebut sebagai efek rincian seduktif. Efek rincian seduktif juga tidak terlepas dari berbagai kritik. Kritikus mengutip bukti yang tidak meyakinkan dan kontradiktif sehingga mereka menyimpulkan bahwa rincian seduktif tidak selalu mengurangi pemahaman dalam belajar dan rincian seduktif terkadang dapat memotivasi pelajar.[7]

Penelitian

[sunting | sunting sumber]
Contoh gambar yang relevan dengan topik penyerapan karbon.
Contoh dari rincian seduktif. Gambar pembangkit listrik bahan bakar fosil ini memiliki keterkaitan dengan penyerapan karbon.

Sebagian besar penelitian dilakukan melalui eksperimen yang membandingkan antara hasil belajar peserta yang penjelasan materinya disertai dengan rincian seduktif dan dengan penjelasan materinya tanpa rincian seduktif. Format penjelasan dapat bervariasi seperti dalam bentuk teks, video, web atau presentasi. Rincian seduktif dalam eksperimen ini mencakup rincian yang tidak relevan semacam gambar atau video yang tidak relevan, serta animasi dekoratif.[6] Hasil belajar peserta ditentukan melalui berbagai tes yang mencakup kemampuan mengingat dan kemampuan memecahkan masalah. Kemampuan-kemampuan itu dikenal sebagai performa transfer.

Penelitian awal menunjukkan bahwa menambahkan rincian seduktif tidak memiliki efek yang baik untuk peningkatan hasil pembelajaran dan malah sebaliknya, rincian seduktif dianggap cenderung merusak ingatan pelajar. Menambahkan kalimat yang menarik tetapi tidak penting ke teks eksposisi akan menghambat pelajar dalam memahami poin utama dari teks dan pelajar akan lebih mengingat teks yang dijadikan sebagai rincian seduktif daripada teks utama.[8]

Contoh rincian seduktif dalam konteks pelatihan dapat berupa materi pelatihan yang menyertakan gambar kartun pada salindia. Meskipun tidak selalu relevan dengan topik, kartun dirancang untuk membuat materi pelatihan lebih menarik, tetapi hasil beberapa penelitian menunjukkan bahwa menambahkan gambar kartun pada salindia dapat mengalihkan perhatian peserta dari konten pelatihan utama.[9]

Harp dan Mayer[10] melakukan percobaan menggunakan pelajaran tentang sambaran petir. Efek sambaran petir di pesawat ditambahkan sebagai rincian seduktif. Pada keseluruhan dari enam percobaan, pelajar yang mempelajari pelajaran dasar tanpa rincian seduktif tentang sambaran petir di pesawat menunjukkan bahwa mereka tiga kali lebih mampu dalam mengingat detail penting. Mereka juga terlihat jauh lebih baik dalam tugas pemecahan masalah daripada pelajar yang materinya terdapat rincian seduktif. Harper dan Mayer berpendapat bahwa rincian seduktif merusak pikiran pelajar ketika mereka mengonsolidasikan dan mengatur informasi baru dengan membentuk struktur pengetahuan yang tidak cocok untuk diingat nanti.[10]

Psikologi

[sunting | sunting sumber]

Peneliti fokus pada berbagai aspek teori kognitif untuk menjelaskan efek dari rincian seduktif. Rincian seduktif memberikan beban kognitif yang tidak relevan selama pembelajaran. Hal ini membuat siswa menghabiskan tenaga mereka yang terbatas dalam memproses bahan yang sebenarnya berfungsi sebagai pengalihan perhatian yang sifatnya sangat mengganggu. Penambahan rincian seduktif pada akhirnya gagal menciptakan konstruksi model mental yang koheren dalam proses pembelajaran. Sebagian besar penelitian menggunakan rincian seduktif dalam teks sains untuk menunjukkan dampak beban kognitif yang tidak relevan terhadap pembahasan utama. Namun, ada hasil yang kontras pada studi yang menambahkan rincian seduktif pada teks non-ilmiah. Dalam studi pada teks non-ilmiah tersebut, ditemukan bahwa penelitian itu tidak menghasilkan hasil yang sama pada rincian seduktif yang ada pada teks ilmiah. Hasil ini mungkin menunjukkan bahwa rincian seduktif hanya dapat mengganggu pembelajaran dengan beban tinggi yang memerlukan pengelolaan sumber daya kognitif yang terbatas. Dalam situasi belajar yang hanya memerlukan aktivitas memori kerja yang rendah, rincian seduktif tidak memiliki efek yang merugikan. Rincian seduktif bahkan dapat menghasilkan kinerja yang lebih tinggi karena menciptakan motivasi dalam pembelajaran.[1]

Metakognisi

[sunting | sunting sumber]

Jaeger dan Wiley pada tahun 2015, meneliti kemampuan pembaca untuk menilai pemahaman mereka terhadap suatu bacaan. Studi mereka menggunakan bacaan sains sebagai dasar pelajaran dan gambar dekoratif sebagai rincian seduktif. Mereka menemukan bahwa pembaca kurang memahami isi bacaan ketika terdapat gambar dekoratif.[11]

Mengaktifkan pengetahuan sebelumnya yang tidak sesuai

[sunting | sunting sumber]

Sebuah studi tahun 1998 oleh Harp dan Mayer menyimpulkan bahwa kemungkinan efek dari rincian seduktif menciptakan pengalihan yang tidak tepat bagi pelajar "dengan mengaktifkan basis pengetahuan sebelumnya yang tidak sesuai pada pelajar". Lebih jauh lagi mereka menemukan bahwa ketika rincian seduktif ditempatkan di awal pelajaran, kinerja pelajar menjadi sangat buruk. Namun, ketika rincian seduktif diletakkan di akhir pelajaran, kinerja siswa tersebut serupa dengan siswa yang tidak mendapati rincian seduktif dalam pelajaran mereka.[10]

Beban Kognitif dan Memori Kerja

[sunting | sunting sumber]

Rincian seduktif dapat menjadi sumber beban kognitif asing karena menempati beberapa ruang yang terbatas dalam memori kerja.[6] Sebuah studi oleh Sanchez dan Wiley membandingkan kemampuan orang untuk mengontrol perhatian mereka pada teks ilmiah yang berisi gambar yang menarik perhatian, gambar yang relevan, atau bahkan tanpa gambar. Studi tersebut menunjukkan bahwa orang dengan kapasitas memori kerja yang rendah sangat rentan terhadap efek rincian seduktif. Sanchez dan Wiley juga melakukan eksperimen di mana proses pengukuran pengamatan dipantau untuk mengevaluasi bagaimana orang membaca teks ilmiah yang memiliki gambar yang menarik perhatian yang sama. Hasilnya menunjukkan bahwa orang dengan memori kerja rendah melihat gambar yang menarik perhatian lebih sering dan lebih lama daripada mereka yang memiliki kapasitas memori kerja tinggi.[3] Dapat dikatakan bahwa perbedaan kinerja antara individu dengan kapasitas memori kerja tinggi dan rendah sebenarnya disebabkan oleh kemampuan membaca secara umum yang mana itu adalah suatu atribut yang telah dikorelasikan dengan kapasitas memori kerja dalam penelitian lain.[12]

Kerentanan terhadap efek rincian seduktif ini terkait dengan kapasitas memori kerja individu yang rendah. Rincian seduktif dalam informasi tekstual juga dapat membedakan bagaimana kinerja pelajar anak-anak dan orang dewasa dalam memproses materi pembelajaran. Karena orang dewasa rata-rata memiliki kapasitas memori kerja yang lebih tinggi daripada anak-anak, orang dewasa kurang terpengaruh oleh rincian seduktif daripada anak-anak.[13]

Transfer pembelajaran

[sunting | sunting sumber]

Efek rincian seduktif seringkali difokuskan pada titik perolehan pengetahuan (pembelajaran awal). Dampak dari efek ini pada kinerja transfer belum terlihat dengan jelas. Teori dalam pemahaman teks menunjukkan bahwa rincian seduktif mungkin merugikan untuk proses mengingat tetapi menguntungkan untuk kinerja transfer, karena selama pembelajaran, peserta pelatihan membentuk representasi skema informasi.[14] Para peneliti sering menggambarkan efek rincian seduktif sebagai efek yang merusak pada ingatan karena mengalihkan perhatian peserta pelatihan dari pembelajaran dan mereka cenderung membentuk skema yang tidak tepat untuk mengatur informasi.[10] Namun, ketika peserta didik mencoba untuk menerapkan pengetahuan, studi empiris menunjukkan bahwa skema bahan ajar yang dibentuk oleh peserta didik dapat sangat bermanfaat.[15]

Dalam studi lain, siswa yang membaca materi yang terdapat rincian seduktif memiliki performa lebih baik pada tugas-tugas yang membutuhkan penerapan pengetahuan untuk pemecahan masalah daripada siswa yang diberikan materi yang tidak ada rincian seduktif di dalamnya. Hal ini menunjukkan bahwa penyertaan rincian seduktif mungkin bermanfaat untuk kinerja transfer tetapi merugikan ketika peserta pelatihan berusaha mengingat informasi. Interferensi dari rincian seduktif dapat menciptakan kebingungan mengenai materi inti karena menyebabkan penarikan informasi tidak menjadi lebih baik sehingga memungkinkan adanya kesalahan dalam proses mengingat. Distorsi ini justru dapat menyebabkan pemahaman materi yang lebih kaya dan memfasilitasi kinerja transfer karena peserta pelatihan diminta untuk membentuk struktur makro dari bahan ajar. Penelitian yang menggunakan paradigma pengodean ganda juga menunjukkan bahwa informasi yang menarik dapat mendorong pemikiran berbasis gambar dan mengarah pada pemrosesan informasi yang lebih dalam karena memungkinkan penyimpanan materi dalam sistem verbal dan nonverbal.[16][17][18] Meskipun informasi yang dibuat lebih mudah untuk dipahami dapat membuat materi diproses secara kurang dalam sehingga menyebabkan perolehan informasi yang lebih buruk.

Teori pembelajaran klasik dan teori pengodean ganda modern mendukung pengenalan detail tangensial yang menarik untuk konten pembelajaran. Ada bukti bahwa informasi yang menarik dapat mendorong pemikiran berbasis gambar dan hal itu membuat materi lebih mudah diingat karena memungkinkan materi dapat disimpan baik dalam sistem verbal maupun nonverbal.[16][17][18] Hal ini menunjukkan bahwa materi yang menarik, meskipun bersinggungan dengan topik, tidak mengurangi pembelajaran dan dapat mendorong mengingat materi yang tidak jelas atau tidak menarik.[16][19]

Beberapa penelitian terbaru menunjukkan bahwa menambahkan rincian seduktif tidak memiliki dampak yang signifikan pada hasil belajar. Park, dkk. (2011)[1] menggunakan teori beban kognitif untuk menjelaskan hasil kontroversial dari efek rincian seduktif ini. Eksperimen meminta siswa sekolah menengah untuk belajar tentang biologi menggunakan perangkat multimedia (satunya dengan rincian sedukti dan satunya lagi tidak diberikan hal itu). Eksperimen juga memvariasikan beban kognitif siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang materi pembelajarannya terdapat rincian seduktif memiliki kemampuan lebih baik karena mereka berada dalam lingkungan beban kognitif yang rendah dibandingkan dengan semua kondisi lainnya.[1] Studi lain oleh Park dkk. (2015) menunjukkan bahwa meskipun rincian seduktif merugikan pembelajaran ketika menggunakan teks dengan beban kognitif tinggi, rincian seduktif sebenarnya dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar pada teks yang berbentuk narasi di mana teks semacam itu memiliki beban kognitif yang rendah. Hal ini berarti bahwa tayangan salindia atau siaran web dengan narasi yang menggunakan sedikit informasi dapat meningkatkan motivasi pelajar.[20]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c d Park, B.; Moreno, R.; Seufert, T.; Bruken, R. (Januari 2011). "Does cognitive load moderate the seductive details effect? A multimedia study". Computers in Human Behavior. 27 (1): 5–10. doi:10.1016/j.chb.2010.05.006. 
  2. ^ Dewey, J. (1913). Interest and Effort in Education. Boston: Houghton Mifflin Company. hlm. 112. 
  3. ^ a b Sanchez, C. A.; Wiley, J. (2006). "An examination of the seductive details effect in terms of working memory capacity". Memory and Cognition. 34 (2): 344–355. doi:10.3758/bf03193412. PMID 16752598. 
  4. ^ Rey, G. (Desember 2012). "A review of research and a meta-analysis of the seductive detail effect" (PDF). Educational Research Review. 7 (3): 217. doi:10.1016/j.edurev.2012.05.003. 
  5. ^ Thalheimer, Will (April 2004). "Bells, whistles, neon, and purple prose: When interesting words, sounds, and visuals hurt learning and performance – A review of the seductive-augmentation research" (PDF). International Society for Performance Improvement: 1–31. 
  6. ^ a b c Pink, Newton (2020). "Decorative animations impair recall and are a source of extraneous cognitive load". Advances in Physiology Education. 44 (3): 376–382. doi:10.1152/advan.00102.2019. PMID 32628527. 
  7. ^ Ozdemir, D.; Doolittle, P. (Juni 2015). "Revisiting the seductive details effect in multimedia learning: Context-dependency of seductive details". Journal of Educational Multimedia & Hypermedia. 24 (2): 101–119. 
  8. ^ Mccrudden, Matthew (2018). "The effect of task relevance instructions on memory for text with seductive details". Pennsylvania State University: 1. 
  9. ^ Kraiger, Kurt; Passmore, Jonathan; Santos, Nuno Rebelo dos; Malvezzi, Sigmar (2020-06-02). The Wiley Blackwell Handbook of the Psychology of Training, Development, and Performance Improvement (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 180. ISBN 978-1-119-67366-8. 
  10. ^ a b c d Harp, S.; Mayer, R. (1998). "How seductive details do their damage: A theory of cognitive interest in science learning". Journal of Educational Psychology. 90 (3): 414–434. doi:10.1037/0022-0663.90.3.414. 
  11. ^ Jaeger, A.; Wiley, J. (Desember 2014). "Do illustrations help or harm metacomprehension accuracy?". Learning & Instruction. 34: Abstrak. doi:10.1016/j.learninstruc.2014.08.002. 
  12. ^ Daneman, M.; Carpenter, P. A. (1980). "Individual differences in working memory and reading". Journal of Verbal Learning & Verbal Behavior. 19 (4): 450–466. doi:10.1016/s0022-5371(80)90312-6. 
  13. ^ Kay L. Tislar, Kelly Steelman (Agustus 2021). "Inconsistent seduction: Addressing confounds and methodological issues in the study of the seductive detail effect". Brain and Behavior: 5. 
  14. ^ van Dijk, T. A.; Kintsch, W. (1983). Strategies of discourse comprehension. New York: Academic. hlm. 313. 
  15. ^ McNamara, D. S.; Kintsch, W.; Songer, N. B. (1996). "Are good texts always better? Interactions of text coherence, background knowledge, and levels of understanding in learning from text". Cognition and Instruction. 14: 1–43. doi:10.1207/s1532690xci1401_1. 
  16. ^ a b c Paivio, A (1986). Mental representations: A dual coding approach. New York: Oxford University Press. hlm. 325. 
  17. ^ a b Sadoski, M; Goetz, E. T.; Fritz, J. B. (1993). "Impact of concreteness, interest, and memory for text implications for dual coding theory and text design". Journal of Educational Psychology. 85 (2): 291–304. doi:10.1037/0022-0663.85.2.291. 
  18. ^ a b Sadoski, M; Goetz, E. T.; Rodriguez, M. (2000). "Engaging texts: Effects of concreteness on comprehensibility, interest, and recall in four text types". Journal of Educational Psychology. 92: 85–95. doi:10.1037/0022-0663.92.1.85. 
  19. ^ Mayer, R. E.; Anderson, R. B. (1991). "Animations need narrations: An experimental test of a dual-coding hypothesis". Journal of Educational Psychology. 83 (4): 484–490. doi:10.1037/0022-0663.83.4.484. 
  20. ^ Park, B.; Flowerday, T.; Brunken, R. (March 2015). "Cognitive and affective effects of seductive details in multimedia learning". Computers in Human Behavior. 44: 267–278. doi:10.1016/j.chb.2014.10.061.