Lompat ke isi

Kebudayaan Korea

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Budaya tradisional Korea diwarisi oleh rakyat Korea Utara dan Korea Selatan,[1] walaupun keadaan politik yang berbeda telah menghasilkan banyak perbedaan dalam kebudayaan modern Korea.

Arsitektur istana Deoksugung
Perayaan lentera

Kehidupan

[sunting | sunting sumber]
Hanok, rumah tradisional Korea
Hanok tipe chogajip (rumah beratap jerami) di Desa Rakyat Korea, Seoul

Rumah Masyarakat tradisional Korea memilih tempat tinggal berdasarkan geomansi. Orang Korea meyakini bahwa beberapa bentuk topografi atau suatu tempat memiliki energi baik dan buruk (dalam konsep eum dan yang) yang harus diseimbangkan. Geomansi memengaruhi bentuk bangunan, arah, serta bahan-bahan yang digunakan untuk membangunnya.

Rumah menurut kepercayaan mereka harus dibangun berlawanan dengan gunung dan menghadap selatan untuk menerima sebanyak mungkin cahaya matahari. Cara ini masih sering dijumpai dalam kehidupan modern saat ini.

Rumah tradisional Korea (biasanya rumah bangsawan atau orang kaya) menjadi bagian dalam (anchae), bagian untuk pria (sarangchae), ruang belajar (sarangbang) dan ruang pelayan (haengrangbang). Besar rumah dipengaruhi oleh kekayaan suatu keluarga.

Rumah-rumah ini memiliki penghangat bawah tanah yang disebut ondol yang berfungsi saat musim dingin.

Hyangwonjeong, sebuah taman di Gyeongbokgung, Seoul

Taman korea adalah bentuk atau rancangan taman tradisional khas Korea. Walau taman Korea amat dipengaruhi konsep taman Tiongkok, rancang bangunnya memiliki keunikan tersendiri.

Karakterisitik taman Korea adalah kesederhanaan, alami dan tidak dipaksakan untuk mengikuti suatu aturan khusus. Dibanding taman Tiongkok dan taman Jepang yang memiliki banyak elemen pelengkap karena konsep mengimitasikan pemandangan asli, taman Korea mungkin lebih tampak kurang akan unsur pelengkap.

Taman Korea sangat mencolok dan sederhana karena selalu terdapat kolam teratai dengan bangunan paviliun di dekatnya. Kolam dihubungkan dengan aliran alami yang bagi orang Korea sangat indah untuk dipandang.

Taman-taman yang terkenal:

Hanbok
Hwarot, pakaian pengantin

Pakaian tradisional Korea disebut Hanbok (Korea Utara menyebut Choson-ot). Hanbok terbagi atas baju bagian atas (Jeogori), celana panjang untuk laki-laki (baji) dan rok wanita (Chima).

Orang Korea berpakaian sesuai dengan status sosial mereka sehingga pakaian merupakan hal penting. Orang-orang dengan status tinggi serta keluarga kerajaan menikmati pakaian yang mewah dan perhiasan-perhiasan yang umumnya tidak bisa dibeli golongan rakyat bawah yang hidup miskin.

Dahulu, Hanbok diklasifikasikan untuk penggunaan sehari-hari, upacara dan peristiwa-peristiwa tertentu. Hanbok untuk upacara dipakai dalam peristiwa formal seperti ulang tahun anak pertama (doljanchi), pernikahan atau upacara kematian.

Saat ini hanbok tidak lagi dipakai dalam kegiatan sehari-hari, namun pada saat-saat tertentu masih digunakan.

Bibimbap

Bentuk kuliner Korea dipengaruhi oleh kebudayaan pertanian mereka. Makanan pokoknya adalah beras. Hasil utama pertanian rakyat Korea adalah beras, gandum dan kacang-kacangan. Hasil laut pun melimpah seperti ikan, cumi-cumi dan udang, sebab Korea dikelilingi 3 lautan.

Kuliner Korea sebagian besar dibentuk dari hasil fermentasi yang sudah berkembang sejak lama. Contohnya adalah kimchi dan doenjang. Makanan fermentasi sangat berguna dalam menyediakan protein dan vitamin ketika musim dingin.

Beberapa menu makanan dikembangkan untuk merayakan peristiwa-peristiwa khusus seperti festival atau upacara seperti ulang tahun anak yang ke-100 hari, ulang tahun pertama, perkawinan, ulangtahun ke-60, upacara pemakaman dan sebagainya. Pada peristiwa-peristiwa ini selalu dijumpai kue-kue beras yang berwarna-warni.

Makanan kuil berbeda dari makanan biasanya karena melarang penggunaan 5 jenis bumbu yang biasa dipakai seperti bawang putih, bawang merah, daun bawang, rocambole (sejenis bawang), bawang perai, jahe serta daging.

Makanan kerajaan (surasang) saat ini sangat terkenal karena sudah dapat dinikmati seluruh lapisan rakyat.

Darye, upacara teh Korea

Teh diperkenalkan di Korea dari Tiongkok sejak lebih dari 2000 tahun lalu ketika agama Buddha disebarkan. Teh digunakan dalam upacara-upacara persembahan. Bentuk kebudayaan teh bangsa Korea terukir dalam upacara teh Korea (Dado).

Daeboreum

Kalender Korea didasarkan pada kalender lunisolar.[2]

Kalender Korea dibagi dalam 24 titik putaran (jeolgi) yang masing-masing terdiri dari 15 hari dan digunakan untuk menentukan masa tanam atau panen pada masyarakat agraris pada zaman dahulu, namun pada saat ini tidak digunakan lagi. Kalender Gregorian diperkenalkan di Korea tahun 1895, tetapi hari-hari tertentu seperti festival, upacara, kelahiran dan ulang tahun masih didasarkan pada sistem kalender lunisolar.[3] [4]

Festival terbesar di Korea antara lain:

Permainan

[sunting | sunting sumber]
Permainan Yut

Banyak sekali permainan khas Korea seperti:

Situs Warisan Dunia

[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa situs-situs bersejarah Korea yang dijadikan Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Kuil Jongmyo

[sunting | sunting sumber]

Kuil Jongmyo yang terletak di jantung kota Seoul dijadikan UNESCO sebagai Situs Warisan Dunia pada tahun 1995. Kuil ini dibangun untuk menyimpan tablet-tablet memorial anggota mendiang penguasa (Dinasti Joseon) yang didasarkan pada tradisi Konfusianisme. Setiap tahun pada bulan Mei diadakan upacara Jongmyo (Jongmyo Daeje) yang menampilkan upacara persembahan dan tarian. Pertama dibangun tahun 1394 dan terbakar tahun 1592 ketika Jepang menyerang Korea, lalu pada tahun 1608 dibangun kembali. Kuil ini berisi 19 buah tablet memorial para raja dan 30 tablet ratu yang ditempatkan di dalam 19 buah kamar.

Istana Changdeok

[sunting | sunting sumber]

Changdeokgung atau “Istana Kebajikan Mulia” dibangun tahun 1405 dan musnah dilalap api pada tahun 1592 akibat invasi Jepang, dan direkonstruksi kembali pada tahun 1609. Lebih dari 300 tahun Istana Changdeok adalah pusat kedudukan kerajaan. Istana Changdeok dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1997.

Seokguram

Bulguksa atau “Kuil Negeri Buddha” adalah kompleks kuil Buddha yang dibangun pada masa Silla Bersatu pada tahun 751 di kota Gyeongju. Beberapa Harta Nasional Korea Selatan yang berharga tersimpan di dalam kuil ini, seperti:

  • Seokguram, kuil dalam gua dengan patung Buddha dan ukiran-ukiran dari granit yang sangat indah
  • Pagoda Tabo dan Pagoda Seokga yang berarsitektur khas Silla, serta ruangan-ruangan kuil yang menjadi tempat peribadatan.

Bulguksa dan Seokguram merupakan Situs Warisan Dunia yang didaftarkan oleh UNESCO pada tahun 1995.

Tripitaka Koreana dan Haeinsa

[sunting | sunting sumber]
Haeinsa

Haeinsa adalah kuil Buddha tempat penyimpanan kitab suci Tripitaka Koreana. Dibangun pada tahun 802 M di puncak Gunung Gaya di provinsi Gyeongsang Selatan.

Tripitaka Koreana adalah kitab suci Buddha yang tersusun dari ukiran tulisan di blok-blok kayu, berjumlah 81.258 buah blok kayu yang tersusun rapi. Semua tulisannya diukir dalam aksara Tionghoa (hanja).

Haeinsa menjadi daftar Warisan Dunia di UNESCO pada tahun 1995.

Benteng Hwaseong.

Benteng Hwaseong adalah sebuah benteng yang dibangun pada masa Dinasti Joseon yang terletak di kota Suwon, provinsi Gyeonggi. Rekonstruksinya diselesaikan pada tahun 1796 dan melingkupi pada tanah yang datar dan bukit-bukit sepanjang 5,52 km. Benteng ini memiliki 4 gerbang utama, sebuah gerbang air, 4 gerbang rahasia, dan sebuah menara suar.

Benteng Hwaseong dimasukkan dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO pada tahun 1997.

Situs dolmen Gochang, Hwasun dan Ganghwa

[sunting | sunting sumber]

Situs Gochang, Hwasun dan Ganghwa adalah situs purbakala dan ratusan kuburan-kuburan kuno (dolmen) dari zaman megalitikum (dari sekitar tahun 1000 SM). Semenanjung Korea adalah salah satu tempat terbanyak di dunia yang memiliki situs dolmen. Situs-situs ini didaftarkan dalam daftar Situs Warisan Dunia UNESCO pada tahun 2000.

Wilayah Gyeongju

[sunting | sunting sumber]

Wilayah historis kota Gyeongju dimasukkan dalam daftar UNESCO pada tahun 2000. Kota Gyeongju adalah ibukota kerajaan Silla dimana masih terdapat kompleks makam penguasa Silla yang berbentuk bukit-bukit besar. Wilayah Namsan terkenal akan artefak-artefak Silla yang berharga seperti mahkota emas, perhiasan, kuil-kuil Buddha, pagoda dan arca-arca yang umumnya berasal dari abad 7 sampai abad ke 10 Masehi.

Kompleks Makam Goguryeo

[sunting | sunting sumber]

Komplek Makam Goguryeo berada di wilayah negara Korea Utara, seperti di Pyongyang, provinsi Pyongan Selatan, dan kota Nampo (Hwanghae Selatan). Kompleks Makam Goguryeo ini terdiri dari 63 buah makam dan menjadi Situs Warisan Dunia pertama milik Korea Utara pada bulan Juli 2004.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ See "Same roots, different style" by Kim Hyun : [1] Diarsipkan 2008-12-11 di Archive.is
  2. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-24. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  3. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2007-02-24. Diakses tanggal 2007-12-13. 
  4. ^ http://www.lifeinkorea.com/Calendar/holidays.cfm